Senin, 30 Januari 2012

Sujud Tilawah


Sujud tilawah adalah sujud yang disebabkan karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah yang terdapat dalam Al Qur’an Al Karim.
Termasuk keistimewaan al-Qur’an adalah ayat-ayat yang menentukan tentang sujud. Orang yang membaca ayat-ayat tentang sujud disunnatkan melakukan sujud dan sujud ini dinamakan sujud tilawah. Menurut mazhab Hanafi seperti yang dikutip oleh A. Rahman al-Jaziri dalam bukunya al-Fiqh ala Mazahib al-Arba’ah menyatakan, bahwa “sujud tilawah adalah sujud tanpa membaca tasyahud dan salam” . Al-Ghozali mngatakan bahwa adanya sujud tilawah untuk ayat sajdah ini merupakan salah satu aplikasi adab dalam memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an yang sedang dibaca.
Keutamaan Sujud Tilawah
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قَرَأَ ابْنُ آدَمَ السَّجْدَةَ فَسَجَدَ اعْتَزَلَ الشَّيْطَانُ يَبْكِى يَقُولُ يَا وَيْلَهُ - وَفِى رِوَايَةِ أَبِى كُرَيْبٍ يَا وَيْلِى - أُمِرَ ابْنُ آدَمَ بِالسُّجُودِ فَسَجَدَ فَلَهُ الْجَنَّةُ وَأُمِرْتُ بِالسُّجُودِ فَأَبَيْتُ فَلِىَ النَّارُ
Jika anak Adam membaca ayat sajadah, lalu dia sujud, maka setan akan menjauhinya sambil menangis. Setan pun akan berkata-kata: “Celaka aku. Anak Adam disuruh sujud, dia pun bersujud, maka baginya surga. Sedangkan aku sendiri diperintahkan untuk sujud, namun aku enggan, sehingga aku pantas mendapatkan neraka.” (HR. Muslim no. 81)
Hadits lain yang menjadi dasar keutamaan pelaksanaan sujud tilawah bersumberkan dari Aisyah r.a, bahwa Rasul Saw bersabda:
ما من مسلم سحد لله تعالى سجدة إلا رفعه الله تعالى بها درجة او حط عنه بها خطيئةاو جمعها له كاتيهما
“Tidaklah seorang muslim bersujud kepada Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahannya atau kedua-duanya”.
Keutamaan lain yang menjadi dasar adanya anjuran sujud tilawah untuk ayat sajdah seperti firman allah SWT:
أفمن هذا الحديث تعجبون. وتضحكون ولا تبكون. وانتم سامدون. فاسجدو لله واعبدوا
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitahuan itu? Dan kamu mempertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkannya maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia”. (Q.S. al-najm: 59-62)
فما لهم لا يؤمنون. وإذاقرئ عليهم القران لا يسجدون
“Mengapa mereka tidak mau beriman dan apabila al-Qur’an dibacakan kepada mereka tidak bersujud”. (Q.S. al-Insyiqaq: 20-21).
Sujud Tilawah Wajib Ataukah Sunnah?
Para ulama sepakat (berijma’) bahwa sujud tilawah adalah amalan yang disyari’atkan. Di antara dalilnya adalah hadits Ibnu ‘Umar:
كَانَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ فَيَقْرَأُ سُورَةً فِيهَا سَجْدَةٌ فَيَسْجُدُ وَنَسْجُدُ مَعَهُ حَتَّى مَا يَجِدُ بَعْضُنَا مَوْضِعًا لِمَكَانِ جَبْهَتِهِ
Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah membaca Al Qur’an yang di dalamnya terdapat ayat sajadah. Kemudian ketika itu beliau bersujud, kami pun ikut bersujud bersamanya sampai-sampai di antara kami tidak mendapati tempat karena posisi dahinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian para ulama berselisih pendapat apakah sujud tilawah wajib ataukah sunnah.
Menurut Ats Tsauri, Abu Hanifah, salah satu pendapat Imam Ahmad, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sujud tilawah itu wajib.
Sedangkan menurut jumhur (mayoritas) ulama yaitu Malik, Asy Syafi’i, Al Auza’i, Al Laitsi, Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Daud dan Ibnu Hazm, juga pendapat sahabat Umar bin Al Khattab, Salman, Ibnu ‘Abbas,  ‘Imron bin Hushain, mereka berpendapat bahwa sujud tilawah itu sunnah dan bukan wajib.
Dalil ulama yang menyatakan sujud tilawah adalah wajib, yaitu firman Allah Ta’ala,
فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَإِذَا قُرِئَ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنُ لَا يَسْجُدُونَ
“Mengapa mereka tidak mau beriman? dan apabila Al Quraan dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud.” (QS. Al Insyiqaq: 20-21). Para ulama yang mewajibkan sujud tilawah beralasan, dalam ayat ini terdapat perintah dan hukum asal perintah adalah wajib. Dan dalam ayat tersebut juga terdapat celaan bagi orang yang meninggalkan sujud. Namanya celaan tidaklah diberikan kecuali pada orang yang meninggalkan sesuatu yang wajib.
Yang lebih tepat adalah sujud tilawah tidaklah wajib, namun sunnah (dianjurkan). Dalil yang memalingkan dari perintah wajib adalah hadits muttafaqun ‘alaih (diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Dari Zaid bin Tsabit, beliau berkata,
قَرَأْتُ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - ( وَالنَّجْمِ ) فَلَمْ يَسْجُدْ فِيهَا
Aku pernah membacakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam surat An Najm, (tatkala bertemu pada ayat sajadah dalam surat tersebut) beliau tidak bersujud.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bukhari membawakan riwayat ini pada Bab “Siapa yang membaca ayat sajadah, namun tidak bersujud.”
Dalil lain yang memalingkan dari perintah wajib adalah perbuatan Umar bin Khattab dan perbuatan beliau ini tidak diingkari oleh para sahabat lainnya ketika khutbah Jum’at.
Pada hari Jum’at Umar bin Khattab pernah membacakan surat An Nahl hingga sampai pada ayat sajadah, beliau turun untuk sujud dan manusia pun ikut sujud ketika itu. Ketika datang Jum’at berikutnya, beliau pun membaca surat yang sama, tatkala sampai pada ayat sajadah, beliau lantas berkata,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلاَ إِثْمَ عَلَيْهِ
Wahai sekalian manusia. Kita telah melewati ayat sajadah. Barangsiapa bersujud, maka dia mendapatkan pahala. Barangsiapa yang tidak bersujud, dia tidak berdosa.” Kemudian ‘Umar pun tidak bersujud. (HR. Bukhari no. 1077)
Dari sinilah Ibnu Qudamah mengatakan bahwa hukum sujud tilawah itu sunnah (tidak wajib) dan pendapat ini merupakan ijma’ sahabat (kesepakatan para sahabat). (Lihat Al Mughni, 3/96)
Ibnu umar ra. Menjelaskan, "Nabi SAW membacakan satu surah kepada kami yang di dalamnya terdapat ayat Sajdah. Lalu beliau bersujud dan kamipun bersujud." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Terdapat 15 ayat sajdah di dalam Al-Qur'an,
yaitu surah : Al-A'raf ayat 206,
Ar-Rad:15,
An-nahl:50,
Al-Isra':109,
Maryam: 58,
Al-Hajj:18 dan 77,
Al-Furqan:60,
An-Naml: 26,
As-Sajdah:15,
Sad: 24,
Fussilat:38,
An-Najm:62,
Al-Insyiqaq:21,
dan Al-'Alaq:19.

Di dalam mushaf Al-Qur'an ini, akhir ayat Sajdah ditandai dengan symbol-simbol Khusus seperti Tulisan Arab "sajadah" سجد ه atau Gambar sajadah. Simbol tersebut menandakan saat untuk melakukan sujud Tilawah.

Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan sujud Tilawah,
"Apabila anak Adam membaca ayat Sajdah, lalu ia bersujud, maka setan menyingkir sambil menangis dan berkata "Sungguh celaka!
Anak Adam telah diperintahkan untuk bersujud, lalu ia bersujud, maka baginya Surga.
Aku telah
diperintahkan untuk bersujud, lalu aku durhaka, maka bagiku Neraka." (HR. Ahmad, Muslim, dan Ibnu Majah).

Hukum sujud Tilawah adalah sunnah.
Zayd bin As-Aslam ra. Berkata, "Sesungguhnya seorang
pemuda membaca ayat Sajdah di samping Nabi SAW. Ia menunggu Nabi Muhammad SAW bersujud, tetapi beliau tidak bersujud. Maka pemuda itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah tidak ada sujud pada ayat Sajdah ini?" Beliau menjawab "Ada, tetapi engkau menjadi imam kami dalam
hal ini (Karena engkau yang membaca). Jika engkau bersujud, pasti kami pun bersujud." (HR. Ibnu Abi Syaybah).


Adapun tata cara sujud Tilawah adalah :

1. Setelah selesai membaca ayat Sajdah, Bertakbiratul Ihram dan bersujud satu kali. Ibnu Umar ra. Menerangkan, "Pernah Nabi Muhammad SAW membacakan Al-Qur'an kepada
kami. Ketika sampai pada ayat Sajdah, beliau bertakbir dan bersujud, maka kamipun
bersujud bersama Beliau." (HR. Abu Dawud).

2. Ketika sujud, berdo'a seperti do'a pada Hadists A'isyah ra, "Ketika sujud Al-Qur'an (Sujud Tilawah) pada malam hari, Nabi Muhammad SAW mengucapkan beberapa kali:

سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَه’ وَصَوَّرَه’ وَشَق سَمْعَه’ وَبَصَرَه’ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ فَتَباَ رَكَ الله ُ اَحْسَنُ الْخاَ لِقِيْنَ

Sajada Wajhiya Lilladzii kholaqohuu Wa sowwarohuu wa syaqqo sam'ahuu wa basorohuu
bihawlihii wa quwwatihii fatabaarokallaahu ahsanul khooliqiin.

Artiya : "Wajahku telah bersujud kepada yang telah menciptakannya, memisahkan (memfungsikan) pendengaran dan pengelihatannya dengan kemampuan dan kekuatan-Nya. Maha suci Allah, sebaik-baik Pencipta." (HR. Ibnu Abi Syaybah, Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmizi, An-nasa-I, Ad-Daruqutni, dan Al-Bayhaqi. At-Tirmizi mensahihkan Hadits ini.
Menurut Ibnus Sakan, Rasulullah SAW membaca do'a ini 3 kali).

Menulislah

Ikatlah ilmu dengan menulis. kata-kata bijak itu benar adanya. Ilmu akan mudah terlupakan tanpa kemauan untuk mampu mengungkapkannya kembali dalam goresan pena.  Dan untuk belajar merangkai kata, tak ada kata yang lain, kecuali mulailah dengan apa yang kamu ingin tulis hari ini, sekarang, dan detik ini...

Sabtu, 21 Januari 2012

Dunia terus berubah, Perbaharui hidupmu...

Waktu adalah kehidupan
Tatkala waktu telah berlalu, tak akan pernah kembali lagi
Janji Allah, bagi yang lalai akan waktu, pastilah akan merugi
QS. Al- 'Asr :1-3 Demi Masa, Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.

Mulailah mengelola perubahan, saat ini, mulai dari yang kecil, dan tidak ada lagi kata nanti...nanti dan nanti...
Namun saat ini!
1. Perkuat desakan untuk berubah.
2. Tetapkan niat lillahi ta'ala
3. Susunlah target perubahan
4. Buatlah rencana jangka pendek dan jangka panjang perubahan. Namun ingatlah, hanya Allah yang Berkehendak!
5. Belajar dan terus belajar
6. Ujilah keberhasilannya dengan selalu muhasabah diri
7.Belajar lagi dan sempurnakan ikhtiar
8. Jagalah energi untuk selalu seimbang dengan selalu mengingat Allah setiap saat. Atas kehendakNya, qt bisa berubah.
9. Hanya tempat akhir yang baiklah, kesudahan (terminal) terakhir qt..

Wallahu'alam bishawab