Minggu, 05 Juni 2011

Keluarga

Menikah di jalan dakwah atau menikah numpang jalan dakwah?
Pertanyaan sekaligus sindiran untuk para aktivis dakwah. Apakah benar niat pernikahan dilaksanakan untuk menegakkan pilar-pilar peradaban yang dinanti atau hanya sekedar numpang saja? Berharap sesuatu yang terbaik hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga? Atau untuk kebangkitan agama Allah?
Keluarga merupakan batu pertama dalam membangun peradaban yang islami. Baiknya keluarga akan menentukan moralitas bangsa. Dimana nilai-nilai islami bisa diterapkan dan dilaksanakan oleh anggota keluarga. Ayah dan Ibu menjadi tauladan pertama buat anak-anaknya.

Keluarga dari sudut pandang urutan AlQur’an
Untuk mengupasnya lebih lanjut, mari kita tinjau dari sudut pandang urutan surat dalam Al-Qur’an. Yang pertama adalah Al Fatihah (pembukaan). Untuk membentuk keluarga yang samara, perlu adanya penanaman pemahaman dari masing-masing calon (bagi yang belum menikah) bahwa Allah lah tujuan kita. Semua yang dilakukan untuk mengharapkan ridha Allah.
Yang kedua, Al Baqarah, tentang penciptaan manusia. Dengan berkeluarga, salah satu tujuannya adalah untuk kelangsungan hidup (regenerasi). Tentunya generasi terbaiklah yang kita inginkan. Bermula dari do’a sebelum berhubungan suami istri, penjagaan kehamilan, sampai aqiqoh setelah lahir. Adalah rentetan ajaran yang dicontohkan oleh Rasulullah untuk berikhtiar mengharap generasi terbaik yang dilahirkan.
Ketiga adalah Ali-‘Imraan. Yang berarti keluarga ‘Imran. Di surat ini yang dilihat adalah kata keluarga. Untuk membentuk keluarga islami, perlu pengatur rumah tangga (istri yang shalihah). An Nisa’/ Wanita. Al Maidah, Hidangan. Tentunya hidangan yang halal dan thayib. Hidangan / makanan merupakan salah satu penentu kebaikan individu, secara fisik (sehat). Karena sari-sari makanan akan klangsu ng diserap dan diedarkan darah ke seluruh tubuh. Tubuh yang baik, akal yang sehat, menghasilkan kinerja yang baik dan sehat pula. Dan ini penting untuk kelangsungan dakwah. Munculnya generasi yang sehat, kuat, dan cerdas.
Yang terakhir adalah Al-An’am, binatang ternak. Tunggangan atau kendaraan yang baik. Salah satu kebahagiaan adalah dengan adanya kendaraan yang dapat ditunggangi. Baik itu sepeda atau pun mobil.
Kiat mencapai keluarga dakwah yang samara
  1. Internalisasi nilai-nilai islam dalam keluarga,
  2. Pembagian kerja yang jelas antara suami dan istri,
  3. Musyawarah tiap pengambilan keputusan,
  4. Setiap ada konflik, kembalikan solusi pada Al Qur’an,
  5. Meningkatkan pengetahuan,
  6. Keteladanan suami istri dalam keluarga.
Wallahu’alam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar